Alkisah di suatu negeri, hiduplah sebuah keluarga miskin. Dalam keluarga itu, ada seseorang kakek-kakek tua yang sudah renta dan sedang sakit-sakitan. Kakek itu mempunyai dua orang anak yang satu bernama Tole dan satu lagi bernama Telo. Tole merupakan anak yang berbakti pada kakeknya. Dia selalu membantu kakeknya setelah kedua orang tuanya wafat. Lain pula dengan Telo, dia anak yang nakal, suka berbohong, suka mencuri mangga tetangga dan suka marah-marah jika kakeknya tidak memberikan uang jajan.
Suatu ketika, sang kakek menghadapi ajalnya. Lalu, sang kakek mewarisi kedua cucunya itu dengan harta yang dimilikinya. Mula-mula sang kakek memberikan Tole sebuah kerbau dan Telo diberikan sebuah ulekan besar. Namun sebelum sempat kakeknya berwasiat, Telo marah-marah dan kabur dari rumah sambil membawa kerbau yang menjadi milik kakaknya, Tole. “Apa? Aku hanya diwarisi sebuah ulekan usang begini? Tidak mau! Aku mau kerbau!” marahnya. “nak dengar dulu.” Sang kakek berusaha menjelaskan, “pokoknya aku mau kerbau yang diberikan padanya” sambil menunjuk kakaknya. Telo pun pergi dari rumah dan membawa kerbau kakaknya ke kota. Lalu, sang kakek pun berkata pada Tole, “cu..?”, “iya kek?” ucap Tole. “ini cu, tolong terima warisan dari kakek ini, ini bukan sembarang ulekan, ini ulekan ajaib. Jika kamu mengulek sambil mengucapkan permintaan, maka permintaan mu akan terkabul.”. Tole pun terkejut, “ wah? Masa kek?”. Sang kakekpun menjawab “benar cu, namun permintaan mu akan terus dikabulkan tiada berhenti, jika ingin menghentikannya, masukanlah tanah kedalam ulekannya, dan kakek mohon, jangan sampai ulekan ini jatuh ke tangan yang jahat.”. dan sang kakek pun akhirnya meninggal, Tole alangkah sedihnya dan dia berjanji akan menjaga ulekan ini baik-baik.
Tole memang tidak percaya akan keajaiban ulekan itu. Suatu saat, dia sangat kelaparan, lalu dia menguji keajaiban ulekan itu. Dia pun meminta beras kepada ulekan itu dan secara tiba-tiba, ulekan itu terus menerus mengeluarkan beras, “wah? Ulekan ini memang ajaib.” Ucapnya tak percaya. Namun beras keluar terus menerus, akhirnya dia melempar ulekan itu dengan tanah. Dan, berasnya pun terus mengalir. Meskipun Tole diberikan ulekan ajaib, tetapi, permintaan Tole tidak neko-neko, dia hanya meminta bibit tanaman supaya dia bisa bertani agar bisa makan. Setelah dia bertani dengan giat, akhirnya dia pun kaya raya dan dia bisa mencukupi kebutuhannya dengan hasil jerih payahnya sendiri. Ulekannya pun dia simpan di rumahnya yang amat megah.
Lain pula dengan Telo, dia menjadi gelandangan. Kerbau yang diwariskannya pun dijual untuk berfoya-foya. Namun tak sadar bahwa kerbau itu adalah harta satu-satunya yang dia miliki. Lalu dia pun jatuh sengsara dan hidupnya hanya penuh dengan mencuri. Suatu ketika, Telo mendengar kabar bahwa Tole hidup kaya raya berkat ulekan usang yang dulu hampir menjadi miliknya. “apa? Tole menjadi kaya gara-gara ulekan ajaib yang dulu pernah diwariskan kepada saya? Aku harus mendapatkan kembali ulekan itu” ujarnya berhasrat mencuri ulekan itu”.
Suatu malam, Telo menyelinap ke dalam rumah Tole dan mencari ulekan itu disetiap kamar di rumah Tole. Dan dia menemukan apa yang dia cari. Namun perbuatan Telo kepergok oleh Tole.
“hey, siapa yang mengambil ulekan itu?” teriak Tole. “hah? Adikku Telo” ucap Tole saat mengetahui bahwa sang pencuri adalah Telo. “iya, ini aku, Telo. Aku berniat merebut ulekan ajaib ini dari tangan mu!” . Lalu Telo pun kabur dari rumah Tole. Tole sempat mengejarnya untuk memberi tahu cara menggunakan ulekan ajaib itu. Namun tak terkejar.
Setelah berhasil mengambil ulekan itu, dia pun kabur ke laut dengan perahu yang dia temukan di dermaga. Lalu dia pun berlayar ke pulau terpencil. Saat di perjalanan, Telo menemukan makanan, sebuah ayam bakar yang masih hangat. Namun, ayam itu terasa kurang gurih. Dia pun berfikir bagaimana cara menikmatkan makanan ini. Lalu dia teringat pada ulekan yang dicurinya. Tole pun meminta garam kepada ulekan itu. Garam pun keluar dari ulekan itu dan Telo menaburi garam itu ke ayam yang sedang dinikmatinya. Namun ulekan terus menerus mengeluarkan garam. Telo pun gelisah, kalau garam terus menerus keluar, nanti perahunya akan keluar. Dia tidak tahu cara menghentikannya. Akhirnya, Perahu Telo pun tenggelam karena kelebihan garam dan dan garamnya pun terlarut dengan air laut yang dulu tawar. Meski telah tenggelam, ulekan itu terus menerus mengeluarkan garam karena tidak ada yang membasuhnya dengan tanah. Dan akhirnya seluruh air laut pun menjadi asin oleh garam yang dikeluarkan oleh ulekan itu.
Suatu ketika, sang kakek menghadapi ajalnya. Lalu, sang kakek mewarisi kedua cucunya itu dengan harta yang dimilikinya. Mula-mula sang kakek memberikan Tole sebuah kerbau dan Telo diberikan sebuah ulekan besar. Namun sebelum sempat kakeknya berwasiat, Telo marah-marah dan kabur dari rumah sambil membawa kerbau yang menjadi milik kakaknya, Tole. “Apa? Aku hanya diwarisi sebuah ulekan usang begini? Tidak mau! Aku mau kerbau!” marahnya. “nak dengar dulu.” Sang kakek berusaha menjelaskan, “pokoknya aku mau kerbau yang diberikan padanya” sambil menunjuk kakaknya. Telo pun pergi dari rumah dan membawa kerbau kakaknya ke kota. Lalu, sang kakek pun berkata pada Tole, “cu..?”, “iya kek?” ucap Tole. “ini cu, tolong terima warisan dari kakek ini, ini bukan sembarang ulekan, ini ulekan ajaib. Jika kamu mengulek sambil mengucapkan permintaan, maka permintaan mu akan terkabul.”. Tole pun terkejut, “ wah? Masa kek?”. Sang kakekpun menjawab “benar cu, namun permintaan mu akan terus dikabulkan tiada berhenti, jika ingin menghentikannya, masukanlah tanah kedalam ulekannya, dan kakek mohon, jangan sampai ulekan ini jatuh ke tangan yang jahat.”. dan sang kakek pun akhirnya meninggal, Tole alangkah sedihnya dan dia berjanji akan menjaga ulekan ini baik-baik.
Tole memang tidak percaya akan keajaiban ulekan itu. Suatu saat, dia sangat kelaparan, lalu dia menguji keajaiban ulekan itu. Dia pun meminta beras kepada ulekan itu dan secara tiba-tiba, ulekan itu terus menerus mengeluarkan beras, “wah? Ulekan ini memang ajaib.” Ucapnya tak percaya. Namun beras keluar terus menerus, akhirnya dia melempar ulekan itu dengan tanah. Dan, berasnya pun terus mengalir. Meskipun Tole diberikan ulekan ajaib, tetapi, permintaan Tole tidak neko-neko, dia hanya meminta bibit tanaman supaya dia bisa bertani agar bisa makan. Setelah dia bertani dengan giat, akhirnya dia pun kaya raya dan dia bisa mencukupi kebutuhannya dengan hasil jerih payahnya sendiri. Ulekannya pun dia simpan di rumahnya yang amat megah.
Lain pula dengan Telo, dia menjadi gelandangan. Kerbau yang diwariskannya pun dijual untuk berfoya-foya. Namun tak sadar bahwa kerbau itu adalah harta satu-satunya yang dia miliki. Lalu dia pun jatuh sengsara dan hidupnya hanya penuh dengan mencuri. Suatu ketika, Telo mendengar kabar bahwa Tole hidup kaya raya berkat ulekan usang yang dulu hampir menjadi miliknya. “apa? Tole menjadi kaya gara-gara ulekan ajaib yang dulu pernah diwariskan kepada saya? Aku harus mendapatkan kembali ulekan itu” ujarnya berhasrat mencuri ulekan itu”.
Suatu malam, Telo menyelinap ke dalam rumah Tole dan mencari ulekan itu disetiap kamar di rumah Tole. Dan dia menemukan apa yang dia cari. Namun perbuatan Telo kepergok oleh Tole.
“hey, siapa yang mengambil ulekan itu?” teriak Tole. “hah? Adikku Telo” ucap Tole saat mengetahui bahwa sang pencuri adalah Telo. “iya, ini aku, Telo. Aku berniat merebut ulekan ajaib ini dari tangan mu!” . Lalu Telo pun kabur dari rumah Tole. Tole sempat mengejarnya untuk memberi tahu cara menggunakan ulekan ajaib itu. Namun tak terkejar.
Setelah berhasil mengambil ulekan itu, dia pun kabur ke laut dengan perahu yang dia temukan di dermaga. Lalu dia pun berlayar ke pulau terpencil. Saat di perjalanan, Telo menemukan makanan, sebuah ayam bakar yang masih hangat. Namun, ayam itu terasa kurang gurih. Dia pun berfikir bagaimana cara menikmatkan makanan ini. Lalu dia teringat pada ulekan yang dicurinya. Tole pun meminta garam kepada ulekan itu. Garam pun keluar dari ulekan itu dan Telo menaburi garam itu ke ayam yang sedang dinikmatinya. Namun ulekan terus menerus mengeluarkan garam. Telo pun gelisah, kalau garam terus menerus keluar, nanti perahunya akan keluar. Dia tidak tahu cara menghentikannya. Akhirnya, Perahu Telo pun tenggelam karena kelebihan garam dan dan garamnya pun terlarut dengan air laut yang dulu tawar. Meski telah tenggelam, ulekan itu terus menerus mengeluarkan garam karena tidak ada yang membasuhnya dengan tanah. Dan akhirnya seluruh air laut pun menjadi asin oleh garam yang dikeluarkan oleh ulekan itu.
0 komentar:
Posting Komentar